PERJUANGAN DAN KARAKTER MU'ALIM TERHADAP SANTRI

من سلك طريقا يلتمس فيهِ عِلْمًا، سَهْلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةُ لَتَصْعُ أجنحتها رضا لطالب العِلْمِ، وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرْ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الجيتان في المَاءِ، وَإِنَّ فَضْل العالم على العابد كفضل القمر على سائر الكواكب، إن الْعُلَمَاء هُمْ وَرَبُّةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرَّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهُمَا، إِنَّمَا وَرَبُّوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَطْ وَافِرٍ

Karakter Seorang Mu’allim

    Pesantren menanamkan pendidikan karakter secara utuh. Seorang mu’allim sejati tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tapi juga membentuk kepribadian murid melalui teladan dan interaksi langsung. Karakter utama yang harus dimiliki mu’allim antara lain:

• Disiplin: sebagai cerminan kedisiplinan spiritual dan manajerial. Kedisiplinan dimulai dari diri, waktu, dan tanggung jawab yang konsisten.
• Kuat ruhiyah: memperkuat ibadah, tilawah, qiyamul lail, dan amal-amal spiritual lainnya.
• Jujur dan bertanggung jawab: mencerminkan integritas dalam ucapan dan perbuatan.
• Peka: peduli terhadap lingkungan dan sesama, serta tanggap terhadap kondisi sekitar.
• Menjadi orang tua bagi santri: mengasuh, memahami, membimbing, bahkan mendoakan, layaknya orang tua sejati.
• Bijak mengelola emosi: marah, sedih, bahagia, semua harus ditempatkan pada koridor yang proporsional, dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab sebagai pendidik.