Dipublish pada 2025-07-01 16:12:50, ditulis oleh Endang Widiawati, S.Geo.
Selasa, 1 Juli 2025, Dr. H. Endi Ma Arif, S.Ag., MA dalam kegiatan Sertifikasi Pendidikan dan Pelatihan Pengabdian Pondok Pesantren Nurul Fajri Al-Islami (SPPDP), menyampaikan materi yang sangat relevan tentang tujuan pendidikan Islam. Beliau menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk menghasilkan murid yang bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki kesadaran spiritual yang kuat. Seorang mu'allim memiliki tiga peran penting dalam proses ini: yatlu, yuzakki, dan yu'allim. Dalam situasi seperti inilah pendidikan tidak sekadar memberi tahu orang tentang sesuatu, tetapi juga membantu mereka memahami bagaimana kehidupan yang taat kepada Allah. Ketiga tugas ini tercermin dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 151:
تَعْلَمُوْنَۗ تَكُوْنُوْالَمْ مَّاوَيُعَلِّمُكُمْ وَالْحِكْمَةَ الْكِتٰبَ وَيُعَلِّمُكُمُ كِّيْكُمْوَيُزَ اٰيٰتِنَاعَلَيْكُمْ يَتْلُوْا مِّنْكُمْ رَسُوْلًا فِيْكُمْ اَرْسَلْنَاكَمَآ
“Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat kepadamu), Kami pun mengutus kepadamu seorang Rasul (Nabi Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah (sunah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui.” (Q.S Al-Baqarah:151)
Dalam proses pendidikan, terdapat tanggung jawab besar untuk mengembangkan seluruh aspek diri peserta didik, baik secara jasmani, intelektual, karakter, kemandirian sosial, maupun spiritual. Pendidikan idealnya tidak hanya menitikberatkan pada capaian akademik semata, melainkan harus menyentuh keseluruhan potensi agar tumbuh menjadi pribadi yang utuh dan seimbang.
Keberhasilan pendidikan sendiri dapat diukur melalui beberapa indikator penting. Pertama, terbentuknya karakter yang baik dan kuat sebagai fondasi utama kehidupan. Kedua, siswa mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, yang menunjukkan kesiapan akademik dan mental. Ketiga, peserta didik dapat diterima dan bersaing di dunia kerja, serta terakhir, mereka diterima dan dihargai dalam kehidupan bermasyarakat karena mampu membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.
Untuk mewujudkan keberhasilan tersebut, diperlukan metode character building yang tepat. Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan antara lain melalui keteladanan atau uswah hasanah, pembiasaan, pengajaran langsung, pengarahan, pembentukan karakter, pengawasan, hingga pendampingan secara berkelanjutan. Seluruh proses ini bertujuan menanamkan nilai-nilai positif secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
Dalam hal ini, peran seorang pengajar sangatlah penting. Seorang guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga menjadi teladan dan pembimbing yang menginspirasi. Oleh karena itu, karakter seorang pengajar harus mencerminkan nilai-nilai luhur, seperti kedisiplinan, kekuatan spiritual, kejujuran, tanggung jawab, kepekaan terhadap kondisi siswa, mampu berperan layaknya orang tua, serta bijak dalam mengelola emosi. Dengan karakter seperti ini, guru dapat menjadi sosok yang tidak hanya mendidik, tetapi juga membentuk generasi yang tangguh secara moral dan spiritual. Untuk itu mari lebih bersemangat karena mengajar bukan sekadar profesi, tetapi panggilan jiwa yang mulia!