Dipublish pada 2025-07-01 09:50:33, ditulis oleh Abdurrahman
Di susun Oleh: Abdurrahman
Pengabdian di pesantren bukan hanya tentang bekerja, tetapi tentang mendidik hati. Setelah menamatkan pendidikan formal di pesantren, saya memutuskan untuk mengabdikan diri selama satu tahun. Banyak yang bertanya, “Kenapa nggak langsung kuliah atau kerja saja?” Jawaban saya sederhana: karena saya ingin memberi kembali dan belajar lebih dalam tentang kehidupan.
Setiap pagi saya bangun sebelum subuh, membantu membangunkan santri, menyiapkan air wudu, dan membersihkan asrama. Siang hari saya membantu mengajar kelas Sanawiyah, dan malamnya menjadi pembimbing belajar santri. Rutinitas yang melelahkan? Jelas. Tapi dari sinilah saya belajar arti ikhlas yang sesungguhnya.
Yang paling berkesan adalah saat melihat adik-adik santri mulai paham pelajaran atau sekadar tersenyum saat saya temani mereka belajar. Mereka tidak tahu berapa banyak peluh yang saya keluarkan, tapi saya juga tak menuntut mereka tahu. Karena itulah pengabdian memberi tanpa berharap balasan.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa pengabdian bukan hanya aktivitas fisik. Ia adalah latihan batin, membentuk ketulusan, kesabaran, dan kepedulian. Pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu, tetapi juga tempat menempa jiwa.